Menghadapi Anak yang Sedang Tantrum: Tetap Santai, Tetap Waras!
Parenting25 Februari 2025 19:40 WIB
Tantrum! Kata yang satu ini bisa bikin jantung orang tua langsung berdegup kencang. Bayangkan, anak tiba-tiba berteriak, menangis, bahkan berguling-guling di lantai di tempat umum. Mau marah, tapi nanti disangka orang tua galak. Mau diemin, tapi makin menjadi-jadi. Jadi, gimana sih cara menghadapi anak yang sedang tantrum tanpa bikin kepala makin pusing? Yuk, kita bahas dengan santai!
Apa Itu Tantrum?
Tantrum adalah luapan emosi yang terjadi ketika anak merasa frustrasi, kesal, atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun karena mereka masih kesulitan mengekspresikan perasaan dengan kata-kata.
Tantrum bisa berupa:
- Menangis kencang
- Berteriak
- Menghentakkan kaki
- Berguling di lantai
- Memukul atau melempar barang
Tenang, ini semua normal! Anak sedang belajar memahami dunia dan mengelola emosinya. Nah, tugas kita sebagai orang dewasa adalah membantu mereka melewati fase ini tanpa drama yang berlarut-larut.
Baca juga: Baby Blues? Tenang, Ini Cara Biar Tetap Happy Jadi Ibu Baru
Kenapa Anak Bisa Tantrum?
Ada banyak alasan kenapa anak bisa tiba-tiba tantrum, di antaranya:
- Lapar atau Ngantuk – Sama seperti orang dewasa yang bisa bad mood kalau lapar, anak kecil juga bisa tantrum kalau perut kosong atau kurang tidur.
- Merasa Frustrasi – Misalnya, mereka ingin sesuatu tapi tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
- Mencari Perhatian – Kadang anak hanya ingin diperhatikan.
- Menghindari Sesuatu – Misalnya, anak tidak mau mandi atau membereskan mainan.
- Meniru Perilaku – Kalau anak sering melihat orang di sekitarnya marah-marah, mereka bisa meniru cara tersebut untuk mengekspresikan emosi.
Baca juga: Makanan Super untuk Otak Anak, Biar Makin Cerdas
Tips Jitu Menghadapi Anak Tantrum
Sekarang masuk ke bagian penting: gimana cara kita menghadapi anak yang sedang tantrum?
1. Tetap Tenang dan Jangan Ikut Emosi
Saat anak mulai menangis dan berteriak, jangan langsung panik atau ikut marah. Ingat, kita adalah orang dewasa di sini. Tarik napas dalam-dalam, hitung sampai sepuluh kalau perlu. Kalau kita ikut emosian, situasi bisa makin kacau.
2. Kenali Penyebabnya
Coba perhatikan, apakah anak tantrum karena lapar, mengantuk, atau kecewa? Kalau sudah tahu penyebabnya, kita bisa lebih mudah menanganinya.
3. Berikan Pelukan
Beberapa anak merasa lebih tenang kalau dipeluk. Pelukan bisa memberi rasa aman dan nyaman, sehingga anak lebih cepat tenang.
4. Alihkan Perhatian
Kalau tantrumnya belum terlalu parah, kita bisa mengalihkan perhatian anak ke hal lain. Misalnya, tunjukkan mainan favoritnya atau ajak melihat sesuatu yang menarik.
5. Beri Pilihan, Bukan Perintah
Anak sering tantrum karena merasa tidak punya kendali. Daripada berkata, “Ayo cepat pakai sepatu!”, coba beri pilihan, “Kamu mau pakai sepatu yang merah atau biru?” Dengan begitu, mereka merasa lebih berkuasa atas pilihan mereka sendiri.
6. Jangan Menyerah pada Permintaannya
Kalau anak tantrum karena ingin sesuatu, misalnya permen di toko, jangan langsung menyerah dan memberikannya. Kalau kita selalu nurut, anak akan belajar bahwa tantrum adalah cara efektif untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
7. Ajarkan Cara Mengungkapkan Emosi
Setelah anak tenang, bantu mereka mengenali emosinya. Misalnya, katakan, “Tadi kamu marah, ya? Kamu boleh bilang, ‘Aku marah’ daripada menangis.” Ini membantu mereka belajar mengekspresikan perasaan dengan kata-kata, bukan dengan tantrum.
8. Berikan Waktu untuk Tenang
Kalau tantrumnya terlalu heboh, biarkan anak menenangkan diri dulu. Jangan paksa mereka langsung berhenti menangis. Setelah reda, baru kita ajak bicara dengan baik.
9. Gunakan Humor
Kadang, sedikit humor bisa mencairkan suasana. Misalnya, kalau anak ngotot nggak mau pakai baju, coba pakai baju di kepala sambil pura-pura bingung, “Lho, kok bajunya nggak masuk?” Anak bisa tertawa dan lupa dengan tantrumnya.
10. Jangan Malu Kalau di Tempat Umum
Tantrum di mall atau restoran? Tenang, kita bukan satu-satunya orang tua yang mengalaminya! Jangan langsung merasa malu atau panik. Fokus saja pada anak, bukan pada pandangan orang lain.
Baca juga: Bye-bye Distraksi! Tips Ampuh Agar Anak Bisa Konsentrasi Maksimal
Kapan Harus Khawatir?
Tantrum itu normal, tapi kalau anak sering tantrum dengan durasi lama (lebih dari 30 menit), menjadi agresif hingga melukai diri sendiri atau orang lain, atau tantrumnya masih terjadi setelah usia 5 tahun, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter atau psikolog anak.
Kesimpulan
Tantrum adalah bagian dari perkembangan anak. Kunci utama menghadapinya adalah tetap tenang, memahami penyebabnya, dan membantu anak belajar mengelola emosinya dengan baik. Ingat, fase ini tidak akan berlangsung selamanya. Dengan kesabaran dan pendekatan yang tepat, anak akan belajar mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih positif.
Jadi, siap menghadapi tantrum dengan santai? Semangat, ya!
(Illustration: master1305)