Menghadapi “Quarter Life Marriage Crisis”: Ketika Menikah di Usia 20-an

Pernikahan10 September 2025 08:00 WIB
Menghadapi “Quarter Life Marriage Crisis”: Ketika Menikah di Usia 20-an

Menikah di usia 20-an sering dianggap sebagai fase indah yang penuh cinta dan harapan. Banyak orang membayangkan rumah tangga muda akan dipenuhi kebahagiaan seperti dalam film romantis. Namun, kenyataannya tidak selalu semanis itu. Ada istilah yang belakangan cukup sering dibicarakan: Quarter Life Marriage Crisis.

Mimin yakin sebagian dari kamu pernah dengar istilah quarter life crisis, yaitu fase ketika seseorang di usia 20–30 tahun merasa bingung dengan hidupnya: karier, tujuan hidup, sampai hubungan asmara. Nah, bayangkan kalau fase ini bertemu dengan kehidupan pernikahan—jadilah kombinasi yang tidak mudah: Quarter Life Marriage Crisis.

Apa Itu Quarter Life Marriage Crisis?

Secara sederhana, quarter life marriage crisis adalah kondisi ketika pasangan yang menikah di usia 20-an merasa “galau besar” tentang pilihan hidup yang sudah diambil. Mereka mulai mempertanyakan:

  • Apakah aku menikah terlalu cepat?
  • Bagaimana dengan impian pribadi yang belum tercapai?
  • Apakah pasangan ini benar-benar yang terbaik untukku?
  • Bagaimana menghadapi tekanan ekonomi, karier, dan keluarga sekaligus?

Menurut penelitian dari Journal of Family Psychology (2018), pasangan muda cenderung menghadapi tingkat stres rumah tangga yang lebih tinggi dibanding pasangan yang menikah di usia 30-an. Alasannya sederhana: usia 20-an masih masa transisi, di mana seseorang biasanya masih mencari jati diri dan kestabilan finansial.

Baca juga: Nikah Hemat Lewat KUA? Bisa Banget! Ini Tipsnya

Tantangan Menikah di Usia 20-an

  1. Kesiapan Emosional yang Belum Matang
    Di usia 20-an, banyak orang masih belajar mengelola emosi. Akibatnya, konflik kecil bisa membesar hanya karena komunikasi yang kurang sehat.
  2. Tekanan Finansial
    Punya rumah sendiri, menabung, bahkan sekadar memenuhi kebutuhan bulanan bisa jadi tantangan besar. Apalagi kalau masih di awal karier.
  3. Impian Pribadi yang Tertunda
    Ada yang merasa menikah membuat cita-cita pribadi, seperti melanjutkan studi atau berkeliling dunia, harus ditunda. Hal ini bisa menimbulkan rasa kecewa pada diri sendiri.
  4. Pengaruh Lingkungan Sosial
    Kadang, tekanan bukan hanya dari dalam rumah tangga, tapi juga dari luar. Komentar keluarga besar atau teman sebaya bisa menambah beban psikologis.

Baca juga: Hindari Tuntutan Berlebihan dalam Pernikahan, Buya Yahya Beri Nasihat

Strategi Menghadapi Quarter Life Marriage Crisis

Mimin paham banget, menghadapi fase ini bukan perkara mudah. Tapi ada beberapa strategi yang bisa dicoba:

1. Bangun Komunikasi yang Jujur

Komunikasi adalah pondasi utama dalam pernikahan. Jangan segan untuk terbuka dengan pasangan tentang perasaan, ketakutan, atau impian yang belum tercapai. Menurut Gottman Institute, komunikasi jujur adalah kunci agar konflik tidak menumpuk.

2. Kelola Ekspektasi

Banyak pasangan muda yang membandingkan rumah tangganya dengan orang lain. Padahal, setiap perjalanan itu unik. Fokuslah pada apa yang bisa dibangun bersama, bukan pada standar orang lain.

3. Buat Rencana Keuangan yang Realistis

Uang memang bukan segalanya, tapi masalah keuangan bisa jadi sumber konflik terbesar. Buatlah anggaran rumah tangga yang jelas, pisahkan kebutuhan dan keinginan, serta punya tabungan darurat.

4. Sisihkan Waktu untuk Diri Sendiri

Menikah bukan berarti kehilangan identitas pribadi. Penting untuk tetap punya waktu me-time: membaca buku, berolahraga, atau mengejar hobi. Dengan begitu, kita bisa lebih bahagia dan energi positif itu menular ke pasangan.

5. Cari Dukungan Eksternal

Kalau konflik terasa berat, jangan ragu untuk mencari bantuan. Bisa lewat konselor pernikahan, mentor, atau komunitas pasangan muda. Kadang, mendengar pengalaman orang lain bisa membuka perspektif baru.

Belajar Melihat Sisi Positif

Meski terdengar menakutkan, quarter life marriage crisis bukan berarti tanda kegagalan. Justru fase ini bisa jadi ajang pendewasaan. Pasangan yang mampu melewati badai ini biasanya akan lebih kuat dan solid ke depannya.

Mimin suka mengibaratkan pernikahan muda itu seperti mendaki gunung di pagi hari. Jalannya masih panjang, kadang licin, tapi kalau kompak dan saling mendukung, pemandangan indah di puncak akan terasa lebih berharga.

Baca juga: 20 Ucapan Anniversary Pernikahan untuk Suami yang Bikin Makin Cinta

Kesimpulan

Menghadapi quarter life marriage crisis adalah hal yang wajar, terutama bagi pasangan yang menikah di usia 20-an. Tantangannya memang nyata: dari emosi yang belum stabil, finansial yang terbatas, sampai impian pribadi yang masih ingin dikejar.

Namun, dengan komunikasi yang sehat, pengelolaan ekspektasi, dan dukungan yang tepat, fase ini bisa dilalui dengan lebih bijak. Ingat, pernikahan bukan soal siapa yang lebih dulu menikah atau siapa yang lebih sempurna, tapi bagaimana dua orang mau tumbuh bersama di tengah segala dinamika hidup.

Share :