Pernikahan di China Anjlok ke Rekor Terendah, Anak Muda Makin Ogah Nikah?
Berita11 Februari 2025 20:16 WIB
Angka pernikahan di China pada 2024 mencapai titik terendah dalam sejarah, meskipun pemerintah sudah mati-matian mendorong anak muda untuk menikah dan punya anak demi mengatasi krisis demografi.
Data terbaru dari Kementerian Urusan Sipil China yang dirilis Sabtu lalu menunjukkan hanya sekitar 6,1 juta pasangan yang mendaftarkan pernikahan tahun ini. Jumlah ini turun drastis 20,5 persen dibanding tahun sebelumnya dan menjadi rekor terendah sejak data pertama kali dirilis pada 1986.
Sebenarnya, tren penurunan ini sudah terasa sejak 2013, ketika angka pernikahan hanya mencapai 13 juta. Sempat naik sedikit di 2023, tetapi begitu pembatasan COVID-19 dicabut, angka pernikahan kembali turun tajam.
Selain pernikahan yang makin jarang, populasi China juga terus menyusut selama tiga tahun berturut-turut. Jumlah usia produktif (16-59 tahun) turun 6,83 juta orang pada 2024, sementara penduduk lansia justru naik 22 persen.
Pemerintah China Tak Kehabisan Akal
Demi meningkatkan angka pernikahan, pemerintah China sudah mengeluarkan berbagai kebijakan, mulai dari insentif finansial, pernikahan massal, hingga membatasi tradisi mahar mahal. Mereka bahkan mengadakan kampanye propaganda supaya anak muda lebih tertarik untuk menikah.
Sejak 2022, Asosiasi Keluarga Berencana China juga meluncurkan program untuk membangun "budaya perkawinan dan melahirkan era baru." Tapi tetap saja, hasilnya belum seperti yang diharapkan.
Baca juga: Viral! Pernikahan yang Baru Berjalan Seminggu Berakhir dengan Duka Mendalam
Kenapa Anak Muda China Makin Ogah Nikah?
Banyak anak muda di China menunda pernikahan karena alasan ekonomi. Biaya hidup yang terus naik, kurangnya dukungan kesejahteraan, peluang kerja yang makin sempit, serta budaya patriarki yang masih kuat, jadi alasan utama kenapa mereka enggan menikah.
Para pakar juga menilai penurunan angka kelahiran ini tak lepas dari dampak kebijakan satu anak yang berlangsung selama puluhan tahun di China.
Perceraian Naik, Meski Ada Masa "Tenang"
Menariknya, di tengah turunnya angka pernikahan, jumlah perceraian justru mengalami sedikit kenaikan. Tahun lalu, 2,6 juta pasangan resmi bercerai, meningkat 28.000 kasus dibanding tahun 2023.
China sendiri sudah menerapkan kebijakan masa "tenang" selama 30 hari sejak 2021 bagi pasangan yang mengajukan gugatan cerai. Namun, kebijakan ini banyak dikritik karena dianggap bisa menyulitkan perempuan yang ingin keluar dari pernikahan yang bermasalah, bahkan yang penuh kekerasan.
Dengan tren yang ada, sepertinya pemerintah China masih punya PR besar untuk meyakinkan anak muda bahwa menikah bukan sekadar urusan tradisi, tapi juga masa depan. Apakah mereka akan berhasil? Waktu yang akan menjawab.